Krisis air bersih di Jakarta semakin luas. Setelah pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur berkurang 40 persen, kini pompa air di Instalasi Pompa Air Pulogadung atau IPA terendam dan menyebabkan 14 kecamatan tidak mendapat pasokan air bersih sama sekali.
"Kami baru saja mengeringkan air yang merendam pompa air di IPA Pulogadung. Perbaikan pompa itu diperkirakan akan selesai dalam dua hari ke depan," kata Sekretaris Perusahaan PT Aetra Air Jakarta, Yosua L Tobing, Kamis (6/5/2010).
Menurut Yosua, terendamnya pompa itu menyebabkan air yang diproduksi IPA Pulogadung tidak dapat didistribusikan. Masalah ini memperparah krisis air bersih di Jakarta, yang diakibatkan menurunnya pasokan air baku.
Jika sebelumnya sekitar 40 persen pelanggan di wilayah kerja PT Aetra tidak mendapat air, maka kini lebih dari 66 persen tidak mendapat distribusi air bersih.
Untuk mengatasi masalah itu, PT Aetra menambah kapasitas produksi IPA Buaran, dari 4.400 liter per detik menjadi 5.100 liter per detik. PT Aetra juga menerapkan sistem giliran distribusi air bersih supaya tidak ada kawasan yang tidak mendapat air berhari-hari.
Sistem giliran distribusi air juga diterapkan oleh PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja). Palyja juga mengoptimalkan distribusi air curah yang dipasok dari Tangerang dan produksi IPA Cilandak.
Direktur Pelayanan Konsumen PT Palyja Budi Susilo mengatakan, pasokan air belum pulih karena perbaikan pompa air di Curug, Purwakarta, belum selesai. PT Palyja dan PT Aetra mengirimkan tim untuk membantu Perum Jasa Tirta II, yang mengelola saluran air itu, untuk memperbaiki pompa dan mengeruk lumpur yang merendam.
Yosua mengatakan, perbaikan pompa diperkirakan membutuhkan waktu sekitar seminggu lagi. Lumpur setinggi lima meter itu mengisi saluran berkedalaman tujuh meter.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memerintahkan pengoperasian mobil tangki untuk meringankan dampak krisis air bersih, terutama untuk rumah sakit dan fasilitas publik lainnya. PT Palyja mengerahkan 21 mobil tangki. Adapun PT Aetra mengerahkan 13 mobil tangki air.