BANGKOK – Ketegangan politik di Bangkok akhirnya meledak menjadi kerusuhan. Lima orang dikbarkan tewas dan sekitar 100 lainnya luka-luka dalam serangkaian ledakan bom di pusat bisnis Silom, Bangkok, Kamis (22/4) larut malam.
Reuters melaporkan, terjadi lima ledakan di lokasi yang penuh dengan bangunan-bangunan perkantoran, bank, dan hotel. Tentara berseragam lengkap sedang berjaga di tempat kejadian saat peristiwa terjadi. Jumlah korban masih simpang siur.
’’Lima orang tewas, sekitar 100 orang luka-luka. Seorang perempuan meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit Chulalongkorn,’’ siaran TPBS televisi, Jumat (23/4). Namun, keterangan resmi Deputi PM Thailand Suthep Thaugsuban menyebut 3 korban tewas dan 70 lainnya cedera.
Menurut saksi mata, seorang bersenjata tak dikenal melemparkan granat M-79 ke lantai lima rumah sakit. Kantor pusat Bangkok Bank, bank komersial terbesar Thailand, diledakkan beberapa saat kemudian.
Media setempat melaporkan, ledakan itu terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, setelah 3 ledakan yang menghantam lantai tiga stasiun Skytrain Sala Daeng, jembatan layang, dan Hotel Dusit Thani.
’’Serangan itu menyebabkan sedikitnya 20 luka-luka dalam waktu kurang dari satu jam. Setelah itu, sirene ambulans, terus menerus meraung-raung,’’ kata saksi mata.
Sansern Kaewkamnerd, juru bicara layanan Situasi Darurat atau CRES menegaskan, ledakan itu disebabkan granat M-79. ’’Ledakan ini terjadi hanya beberapa menit dan ditujukan kepada kerumunan pengunjuk rasa Kaus Merah di persimpangan Daeng Sala,’’ kata kelompok Media Nasional.
Menurut seorang diplomat Barat yang minta untuk tidak disebutkan namanya, 1 warga Jepang dan 1 warga Australia termasuk di antara mereka yang terluka. PBB dan AS telah mendesak semua pihak untuk mengendalikan diri
Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dikabarkan segera mengadakan pertemuan keamanan darurat guna membahas kondisi Thailand pasca ledakan berdarah tersebut. Sementara kelompok Kaus Merah dalam posisi siaga.
Juru bicara militer, seperti dikutip dari laman stasiun televisi BBC, mengatakan, belum jelas siapa yang melemparkan granat tersebut.
Kelompok Baju Merah yang sudah 7 hari berunjuk rasa membantah bertanggung jawab atas serangkaian serangan granat itu. ’’Siapa pun yang melakukan serangan-serangan M-79 ingin orang berpikir bahwa itu dilakukan Baju Merah. Kami tidak pernah menyerang orang-orang yang tidak berdosa,’’ kata seroang pemimpin gerakan protes anti-pemerintah, Jatuporn Prompan.
Ia menolak tuduhan pemerintah bahwa granat-granat itu ditembakkan dengan peluncur granat M-79 dari dalam kawasan Baju Merah ke arah demonstran pro-pemerintah yang berkumpul di lokasi berdekatan.
Baju Merah memulai pawai massal anti-pemerintah di Bangkok pada pertengahan Maret yang menyulut bentrokan-bentrokan sengit dengan pasukan keamanan pada 10 April, yang menewaskan 25 orang dan mencederai lebih dari 800.
Travel Warning Eropa
Ledakan kerusuhan di Bangkok membaut Inggris, Prancis, dan Austria, memperingatkan warga mereka yang sedang berkunjung ke Thailand untuk tidak menghadiri protes politik di Bangkok. Inggris telah memperingatkan warganya untuk tidak melakukan perjalanan, kecuali sangat penting, ke ibukota Thailand karena situasi makin bergolak di jalanan.
’’Nasihat itu mencerminkan kekhawatiran kami pada keselamatan warga Inggris yang merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Bangkok, karena risiko bahwa kekerasan dapat meletus tanpa peringatan dalam krisis politik yang makin meresahkan,’’ kata kementerian luar negeri.
’’Situasinya berubah atas dasar harian, dan kami merekomendasikan agar warga Inggris yang tinggal di Thailand atau melakukan perjalanan ke negara itu memeriksa nasehat perjalanan di situs Internet kementerian luar negeri secara tetap untuk mendapatkan perincian mengenai perkembangan lebih lanjut.’’
Sekitar 812.000 warga Inggris mengunjungi Thailand pada 2008, kata kementerian luar negeri, mengutip jumlah dari Otoritas Pariwisata Thailand.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Bernard Valero, dalam pernyataannya mengatakan, ’’Kami menasehati rekan-rekan kami untuk menjalankan kehati-hatian sepenuhnya dan khususnya tidak pergi ke tempat ada pertemuan politik’’.
Ia menyampaikan kekhawatirannya akan peringatan keras oleh jurubicara militer Thailand, Sunsern Kaewkumnerd, bahwa pasukan dapat digunakan untuk menindak keras terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah di Bangkok. ’’Kami telah menegaskan kembali permintaan kami pada pemerintah dan pemrotes untuk bertindak bertanggung jawab,’’ kata Valero.
Kementerian Luar Negeri Austria juga mengeluarkan peringatan perjalanan, menasehati warganya untuk tidak melakukan perjalaan yang tidak penting ke ibukota Thailand, dengan menyebut risiko keamanan yang tinggi di wilayah Bangkok. dji, afp, rtr
Sumber : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=98e4dbfb61d50954bbe01c256b5f01cb&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a&PHPSESSID=f2ddb5b229ce7bb4b2f79765dfb5ad17