Rasa takut dari alam bawah sadar ini, terang peneliti, umum dijumpai pada penderita anoreksia dan gangguan makan lainnya. Akan tetapi, peneliti menemukan bahwa ketakutan serupa juga dimiliki perempuan sehat, yang tidak memiliki kecemasan jelas mengenai berat badan mereka. Di sisi lain, laki-laki tidak menunjukkan respon tersebut.
Studi ini mengindikasikan bahwa perempuan berada di bawah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh tertentu. Dorongan agar sesuai dengan bentuk tubuh tertentu ini membuat perempuan yang gembira dan sehat sekali pun memiliki ketakutan bawah sadar menjadi gemuk.
Dalam studi ini, peneliti dari Amerika Serikat menggunakan pemindaian MRI untuk mempelajari reaksi otak terhadap gambar orang asing.
"Perempuan ini tidak mempunyai sejarah gangguan makan. Selain itu, mereka menunjukkan sikap bahwa mereka tidak peduli dengan bentuk tubuh," tutur neuroscientist Mark Allen, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Kamis (15/4)."Tapi di bawah permukaan ini, tersimpan ketakutan menjadi gemuk."
Allen dan timnya sedang mengerjakan studi psikologis jangka panjang untuk memperbaiki penanganan gangguan makan. Saat perempuan dengan gangguan ini, termasuk anoreksia dan bulimia, melihat orang asing yang kelebihan berat badan, otak mereka menyalakan perasaan benci terhadap diri sendiri dan ketidakgembiraan ekstrim. Hal ini, terang Allen, akan meningkatkan tekanan untuk tetap kurus.
Tapi hasil tes pada perempuan sehat, lanjut Allen, juga menunjukkan reaksi serupa."Meskipun aktivitas otak perempuan ini tidak sepenuhnya seperti otak perempuan yang mengalami gangguan makan, otak tersebut lebih mendekati ke sana dibandingkan ke otak laki-laki."
Peneliti Diane Spangler menyatakan, bombardir foto para model dan aktris yang kurus membuat perempuan berpikir bahwa kurus merupakan bentuk tubuh ideal. Perempuan, terang dia, belajar bahwa tampilan tubuh dan postur kurus merupakan hal penting, dan respon otak mereka menggambarkan hal serupa.
"Menurut saya, ini merupakan ide yang salah. Ide ini bisa membuat seseorang berisiko lebih besar menderita gangguan makan dan mood." (IK/OL-08)