Logo Ipho, Olimpiade Internasional Fisika |
Christian bersama empat rekannya memboyong empat medali emas dan satu medali perak dalam lomba yang diikuti 376 siswa dari 82 negara. Tiga peraih medali emas lainnya adalah David Giovanni SMAK Penabur Gading Serpong, Banten, Kevin Soedyatmiko SMAN 12 Jakarta, dan Muhammad Sohibul Maromi SMAN 1 Pamekasan Madura.
Satu peraih medali perak adalah Ahmad Ataka Awwalur Rizqi dari SMAN 1 Yogyakarta.
Prestasi para siswa cerdas itu meningkat dibanding tahun lalu di Merida, Meksiko, manakala Indonesia meraih satu medali emas dan empat medali perak. Tahun lalu, Christian "hanya" meraih medali perak dan tahun ini dia membawa pulang medali emas sesuai tekadnya yang disampaikan kepada Tribun, sebelum bertolak ke Kroasia.
Christian dan teman-temannya membuat kita semua bangga. Masih ada lima remaja di antara 240 juta penduduk negeri ini yang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia juga mampu melahirkan manusia-manusia brilian. Kendati potret negerinya karut marut oleh aneka persoalan yang tak kunjung berujung. Korupsi merajalela, saling jegal, saling menjatuhkan. Bahkan wajah pendidikan kita tak kalah karut marutnya oleh aneka pungutan liar. Si miskin tak bisa sekolah, si kaya malah dapat beasiswa.
Khusus Christian, menjadi seperti oase di tengah "kegersangan" tanah kelahirannya, Sulawesi Utara, yang kini riuh oleh percaturan politik para elite memperebutkan kekuasaan dalam pertarungan penuh intrik. Saling tuding, saling fitnah, saling menjatuhkan.
Pasangan Johni Emor dan Engni Lotisna melahirkan Sam Ratulangie baru bagi Sulut. Mereka melahirkan seorang anak emas bagi bangsa dan daerahnya. Ya, Christian adalah anak emas. Sebagaimana sifat emas, jenis logam mulia yang bernilai tinggi, mahal. Emas tak tergerus inflasi. Maka tak heran emas menjadi pilihan investasi paling aman.
Christian lebih dari sekadar emas. Dia tak ternilai oleh apa pun. Sehingga merupakan dosa besar bila negara ini, daerah ini, menyia-nyiakan dia. Kekhawatiran yang pernah diungkapkan Christian semestinya menjadi pukulan keras bagi kita semua. Christian bahkan sudah skeptis sejak jauh-jauh hari. Dalam wawancara dengan Tribun sebelum bertolak ke Zagreb, dia mengeluh soal perhatian pemerintah terhadap kalangan ilmuwan. Sehingga dia ragu untuk terus mempelajari ilmu fisika yang sangat dikuasainya. "Kemungkinan sih kecil (jadi ilmuwan fisika), mengingat bagi seorang ilmuwan di Indonesia susah berkembang karena keterbatasan melakukan riset. Mungkin saya akan jadi masuk teknik informatika."
Christian adalah aset daerah sekaligus aset bangsa ini. Jangan sampai nasib Christian menjadi seperti senior-seniornya yang akhirnya disabotase oleh bangsa lain lantaran disia-siakan oleh bangsanya sendiri.
Atau malah tak mendapat perhatian negaranya sebagaimana David Hartanto Widjaja, alumni Olimpiade Matematika Internasional (OMI) 2005. David tewas mengenaskan di Nanyang Technological University, Singapura. Hingga akhir hayatnya, pemerintah negeri ini sama sekali tidak membelanya.