Aktivitas keseharian kita di rumah tangga, juga menghasilkan polusi gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim dan pemanasan global. Mulai dari kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang tamu hingga ke teras yang semuanya dipasangi bola lampu. Serta perangkat elektronik, yang semuanya memakai energi. Kini perlu mengetahui jejak karbon yang bisa dihemat (tidak lepas ke atmosfer), dari rumah kita sendiri.
Wartawan Sumut Pos memasukkan data-data harian upaya menghemat energi ke dalam Kalkulator Jejak Karbon. Yaitu, sebuah peranti lunak yang dikembangkan dan disosialisasikan Institute for Essential Service Reform (IESR). Dari situ diketahui betapa tindakan sangat kecil di rumah dapat mengurangi polusi gas rumah kaca. Pada rumah yang didiami di Griya Wisata Indah, Deli Serdang, itu terpasang 12 bola lampu. Ada televisi, DVD, setrika, rice cooker dan kipas angin, komputer yang semuanya membutuhkan energi listrik.
Dari bola lampu itu, empat saja yang biasa menyala masing-masing 10 watt (40 watt) secara bergantian. Demikian juga televisi dan DVD, menyala rata-rata 2 jam per hari. Dari data-data yang dimasukkan ke Kalkulator Jejak Karbon, diperoleh total pengurangan emisi perhari sebesar 4.646 gram setara CO.
Kemudian mencoba menghitung jejak karbon dari aktivitas di rumah keluarga Halifah, di Jalan Teh I Nomor 35, Perumnas Simalingkar Medan. Di dalam rumah tangga itu, ada tiga orang pengguna energi. Jumlah bola lampu terpasang 7 buah setara 340 watt.
Ada juga televisi, rice cooker, radio, laptop, dan charger telepon seluler. Anggota keluarga itu, Sazaly, dengan sukarela membeberkan aktivitas di rumahnya. Dari kebiasan mematikan lampu hingga 11 jam, keluarga itu dapat mereduksi emisi gas rumah kaca sebesar 25. 384,59 gram CO2-eq (setara CO) per hari. Dari penggunakan perangkat elektronik, dapat mereduksi 2.347,78 gram setara CO. Televisi di rumahnya, lebih banyak dinyalakan untuk mengikuti berita-berita.
“Penggunaan energi di rumah, tampaknya masih bisa dihemat sedikit lagi. Misalnya, mengurangi jam chating agar baterai laptop lebih lama,” kata Sazaly tertawa, ketika ditanya apa yang bisa ia lakukan mengurangi polusi di atmosfer.
Staf Komunikasi dan Database Institute for Essential Service Reform (IESR) Musfarayani, kepada Sumut Pos Minggu (2/5), menjelaskan, sangat banyak yang bisa dilakukan setiap orang untuk mengurangi pelepasan emisi karbon.
“Setiap orang juga bisa berbuat untuk mengurangi emisi karbon di bumi ini. Tergantung bagaimana pola hidupnya dan caranya merencanakan mengurangi emisi,” katanya.
Ia menceritakan, ketika mengadakan Klinik Diet Karbon, yang digelar dalam Clinic Help-Climate Justice for Earth di Bekasi, Minggu (25/4) lalu, pihaknya hanya ingin menyampaikan seberapa besar karbon yang dihasilkan dari aktivitas, dan berapa banyak yang bisa direduksi. Sebagai contoh, kata Musfarayani,”Menyisakan seperempat piring makanan itu sama dengan menghasilkan emisi 3 gram setara CO. Jadi sebaiknya, makanan di piring dihabiskan, atau mengatur kebiasaan makan agar tidak bersisa di piring.”
Saat membuat Klinik Diet Karbon di Bekasi, Musfarayani yang biasa disapa Fay itu, menyimak jawaban Destia, sebagai data aktivitas kesehariannya. ”Berapa watt lampu terbesar di rumah Anda?” tanya Musfarayani. Destia tertegun, mengingat-ingat.
“Kalau tidak salah 20 watt. Ada tujuh lampu di rumah. Menyala sekitar 16 jam per hari,” jawab Destia.
Televisinya, menyala sekira 7 jam per hari, sementara komputernya menyala 3-4 jam per hari. Penanak nasi berpenghangat di rumahnya menyala 24 jam sehari, sementara kipas angin menyala 1 jam per hari.
Setiap hari Destia memakai sekitar delapan lembar kertas 70 gram untuk mencatat ataupun mencetak sejumlah dokumen pribadinya. Untungnya, ia memakai ulang kertas yang sudah terpakai di salah satu sisinya sehingga jejak karbon pemakaian kertas itu berkurang.
Destia jarang membeli air mineral dalam kemasan karena ia rela repot membawa tempat minum sendiri. Ia juga pengguna angkutan massal, setiap hari ia menumpang kereta api untuk pergi dari rumahnya di Bekasi menuju kantornya.
Musfarayani memasukkan semua data aktivitas Destia dalam peranti lunak Kalkulator Jejak Karbon, “Gaya hidup Anda menghasilkan emisi karbon 16.928,56 gram setara karbon dioksida (CO2),” kata Musfarayani kepada Destia. Destia tercengang. “Saya sudah sering mendengar pemakaian kendaraan pribadi itu menimbulkan emisi gas ruang kaca. Saya agak terkejut juga ketika menyadari ternyata aktivitas saya di rumah juga menghasilkan emisi gas rumah kaca,” kata Destia.
Musfarayani menenangkannya. “Tenang, kami bukan meminta Anda menghentikan aktivitas sehari-hari itu. Kami hanya ingin memberi tahu agar Anda bisa merencanakan sendiri pengurangan emisi gas rumah kaca dari aktivitas Anda,” ujarnya. Ia menambahkan, hal-hal kecil dari aktivitas keseharian, dapat membantu mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim yang belakangan ini menyita perhatian dunia. (jab/bbs/net)
Hitung Emisi Sendiri
Gas-gas rumah kaca ini memiliki kemampuan untuk mengikat panas. Apabila konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami peningkatan, maka panas matahari yang terperangkap di atmosfer menjadi lebih banyak.
Akumulasi panas inilah yang akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi, seperti suhu panas yang belakangan ini kita alami di Kota Medan. Itu sebabnya, pada saat gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan global akan terjadi. Gaya hidup, ingin enak turut mempercepat pemanasan global.
Staf Komunikasi dan Database Institute for Essential Service Reform (IESR) Musfarayani, Minggu (2/5) mengatakan, ISER tidak untuk menghakimi seseorang yang sukarela mau menghitung jejak karbonnya. Tetapi, bagaimana membangkitkan kesadaran bahwa setiap orang adalah poluter emisi karbon. Setiap orang dalam hidupnya menghasilkan emisi yang membuat selimut rumah kaca bumi kian tebal.
“Tidak ada patokan apakah seseorang dengan emisi karbon 20.000 gram setara CO, misalnya, akan digolongkan sebagai poluter yang parah karena berapa jejak karbon seseorang bergantung pada gaya hidup masing-masing. Yang penting, apa rencana orang itu untuk mengurangi emisi karbonnya,” kata Musfarayani.
Kalau Anda membiarkan lampu 10 watt tetap padam, Anda mengurangi emisi karbon sebanyak 0,51 gram setara CO. Daripada mengendarai motor, berjalan kaki untuk berbelanja di warung berjarak 500 meter dari rumah lebih menghemat 14,8 gram setara CO.
Mengurangi pemakaian satu lembar kertas 70 gram saja bisa menghemat 226,8 gram setara CO. Ikuti langkah Destia yang memilih membawa botol minuman sendiri ketimbang membeli air minum dalam kemasan karena pembuatan tiap botol air mineral menghasilkan emisi karbon 841,5 gram setara CO.
Lalu, berapa emisi karbon yang Anda hasilkan dalam keseharian Anda? Mudah saja, buka situs http://www.iesr-indonesia.org, lalu klik ikon “Kalkulator Jejak Karbon” di bagian kanan halaman situs itu. Hitunglah sendiri berapa jejak karbon dalam kehidupan sehari-hari dan rencanakan pengurangan emisi karbon Anda hari ini juga.(jab/net)