Seni tradisional kuda lumping turun ke kota: berdiri diantara objek budaya dan sekaligus sumber penghasilan
Seni tradisional kuda lumping asli Indonesia ini sarat dengan nuansa magis. Awalnya lahir sebagai simbol bahwa rakyat juga memiliki kemampuan dalam menghadapi musuh.
Saat ini, kuda lumping tidak saja menjadi objek wisata tetapi juga sumber mata pencaharian sebagian rakyat kecil.
Baru baru ini, sebuah kelompok kuda lumping berasal dari Tegal mencoba mengadu nasib di Jakarta lengkap dengan gong, kenong, kendang dan slompret dan tentu saja kuda dari anyaman bambu.
Pertunjukan diawali dengan bunyi sebuah pecutan. Juga menjadi tanda masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si pemain.
Semburan api yang keluar dari mulut pemain ini, diawali dengan menampung bensin di dalam mulutnya.
Lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa. Tidak sembarang orang bisa memainkannya. Atraksi yang memukau.
Walau minus kostum bernuansa merah, putih dan hitam, warna khas kesenian ini, kita patut menghargai mereka sebagai penerus budaya yang mencoba mengais rejeki di Jakarta.