Seringkali orangtua merasa benar anaknya memiliki bakat seperti orangtuanya. Maka orangtua pun mencoba membawa anaknya untuk les bahasa Inggris, piano, balet, dan sebagainya. Namun pada akhirnya pengembangan bakat yang diperkirakan akan berpotensi besar nantinya, tidaklah demikian.
Malah sebaliknya, bakat tidak berkembang sama sekali. Padahal setap anak itu unik dan memiliki karakter, bakat, dan potensi yang berbeda-beda.
Di era sekarang ini ada semacam terobosan untuk meneropong sejauh mana bakat seorang anak. Metoda yang disebut dengan teknologi dermatoglyphics (fingerprint). Teknologi inilah yang dipakai untuk meneropong bakat anak.
Konsep ini diajarkan di Brain Child Learning yang kini sudah menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu lembaga pelatihan pengembangan bakat yang ada di Jakarta adalah kantor Brain Child Learning di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Leonardus Eko W direktur eksekutif Brain Child Learning menjelaskan metode fingerprint atau sidik jari ini, dipercaya bisa mengetahui bakat anak sejak dini. ‘’Metode ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dengan akurasi 95%. Di sejumlah negara maju, metode ini bisa dipergunakan untuk panduan bakat mempersiapkan bibit unggul di bidang sains, seni, dan olah raga,’’ kata Leonardus di sela-sela pembukaan Brain Child Learning di Jakarta, Sabtu (8/5).
Leo menjelaskan, teknologi ini dapat dipakai untuk membuktikan seberapa besar kapasitas yang dimiliki anak sejak lahir. Selain itu, fingerprint juga dipakai untuk mencari keahlian paling terpendam dari anak. Teknologi ini tidak hanya diterapkan pada anak, tapi juga dipakai untuk membantu orang tua guna menghormati perbedaan yang dimilikianak.
‘’Sekaligus memberikan petunjuk untuk menerapkan metode pendidikan yang tepat,’’ kata Leo yang meyakinkan metoode Dermatoglyphics dapat dibuktikan dari sisi antropologi, genetik medis, dan statistik yang berhubungan dengan kemampuan yang dibawa manusia sejak lahir.
Alasannya, orangtua seringkali tidak mengetahui bakat anak sejak dilahirkan. Namun para ilmuwan telah mengembangkan metode fingerprint ini sejak 1823, ketika ditemukan keterkaitan antara sidik jari dengan kemampuan berganda yang dimiliki manusia.
Secara medis ditemukan bahwa formasi sidik jari manusia baru terbentuk pada minggu ketigabelas, saat janin mulai berkembang dan terbentuk sempurna pada minggu kesembilanbelas.
Tepat pada saat itu perkembangan otak secara simultan janin mulai bekerja. Dengan demikian ditemukan adanya hubungan antara pengembangan otak dengan sidik jari. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, China dan Taiwan mulai mengadopsi teknologi Dermatoglyphics untuk bidang pendidikan, manajemen sumber daya manusia, perekrutan pegawai, hiburan, hingga pencari bakat.
Hal itu juga diterapkan di BCL dengan cara menstimulasi mental, menumbuhkan rasa percaya diri, membangun kreativitas dan inovasi.
Leonardus menjelaskan, metode BCL ditujukan pada anak berusia 5-18 tahun. ‘’Metode BCL membutuhkan konsentrasi tinggi. Oleh karena itu anak usia di bawah lima tahun belum dianjurkan. Mereka masih tergolong sulit untuk berkonsentrasi," terangnya.
Sementara itu, anak usia di atas 16 tahun perkembangan otak sudah mencapai batas. Ia menambahkan, ada empat macam jenis fingerprint, antara lain whorl (w), ulnar loop (u), radical loop (r), dan arch (a). Hasil dari finger print, menurut Leonardus, akan ditujukan kepada orang tua untuk mengarahkan bakat. Untuk menuju ti metode fingerprint, anak harus mengikuti pelatihan (workshop) selama dua hari.
Pelatihan yang diajarkan antara lain, IQ Test and Memory Games, Brain Coordination Excercise and Mental, Power of Visulation, dan Visual and Audio Stimulation. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, Leonardus menganjurkan anak mengikuti smart class. Dalam smart class ini dilakukan pengembangan kreativitas dan metode belajar secara focks selama 90 menit.
Bukan hanya itu, memori dan konsentrasi akan ditingkatkan. Serta analisis dan pengolahan ketrampilan. ‘’Fase ini merupakan fase pematangan yang dilaksanakan selama delapan minggu," paparnya. Untuk mengikuti finger print dan workshop di BCL dikenakan biaya sebesar Rp3 juta. (Nda/OL-08)